Ia bersama beberapa kelompok tani lainnya berencana untuk iuran dan memperbaiki sendiri saluran irigasi tersebut.
”Kami dapat informasi itu enggak ada program untuk pembersihan atau pendalaman irigasi, jadi kalau memang tidak ada, ya, kami inisiatif untuk pendalaman sendiri,” ungkapnya.
Baca Juga:
Wamentan Bicara Food Estate dan Cetak Sawah di Rapat Koordinasi Kemenko Perekonomian
Hal serupa terjadi di Desa Kuluk Bali, Kabupaten Katingan.
Petani juga tidak bisa membersihkan ladangnya karena beberapa kali terendam banjir.
Indrayani (45), peladang asal Kuluk Bali, mengungkapkan, biasanya pada September ia sudah harus membersihkan ladang sebelum ditanami padi.
Baca Juga:
Soroti Ketahanan Pangan, Luhut Bangga dengan Food Estate Humbang Hasundutan Sumut
Lahan seluas lebih kurang 1 hektar miliknya itu kini tidak bisa diolah.
Indrayani merupakan peladang gilir-balik yang masih mengolah lahannya dengan cara tradisional, yakni dengan cara membakar lalu manugal atau istilah Dayak untuk menanam di ladang.
Disebut peladang gilir-balik karena dalam waktu setahun atau lebih mereka tidak menanam di tempat yang sama atau berpindah.