"Semenjak 1980, suhu dunia secara pelan namun pasti merambat naik. Sekarang sudah di atas 1 derajat centigrade dibanding 1880. Ini menyebabkan konsekuensi yang sudah kita lihat saat ini bagaimana kutub Utara dan kutub selatan mengalami dampak dari hangatnya bumi ini, terjadi pencairan es-es di sana," jelasnya.
Efek perubahan iklim juga tercermin dari cuaca yang makin sulit diprediksi hingga cuaca ekstrim yang makin sering terjadi di banyak negara belahan bumi baik timur, barat, utara maupun selatan.
Baca Juga:
Sri Mulyani Bagikan Pengalaman Atasi Tantangan Pembiayaan Infrastruktur
"Ini pasti akan menimbulkan dampak yang luar biasa bagi masyarakat terutama di negara maju," lanjut Sri Mulyani.
Bendahara negara ini menyebut dampak yang ditimbulkan dari perubahan iklim seperti hilangnya sumber pendapatan, kekurangan makanan dan air secara global, peningkatan penyakit, hingga kemiskinan.
Oleh sebab itu, perlu upaya untuk memitigasinya sejak dini.
Baca Juga:
Lepas Status Ibu Kota, DKI Bakal Diganti Jadi DKJ
Salah satunya melalui kerja sama global untuk mengurangi energi yang menghasilan emisi karbon.
Indonesia sendiri telah berkomitmen untuk mengurangi emisi karbon menjadi 29% secara mandiri dan 41% dengan bantuan negara lain di 2030 sesuai Paris Agreement dalam Nationally Determined Contributions (NDCs).
"Ini bukan pilihan, tapi kita harus berusaha menjaga kelestarian bumi kita yang berpenduduk 7 miliar manusia ini," kata dia. [As]