Kalbar.WahanaNews.co, Pontianak - Konflik antara manusia dan orangutan di Kalimantan Barat mengalami penurunan yang signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Hal ini diungkapkan oleh pihak berwenang dan organisasi konservasi yang bekerja di wilayah tersebut.
"Kami mencatat adanya penurunan drastis dalam kasus konflik manusia-orangutan di Kalimantan Barat," ujar Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Barat, Dr. Sadtata Noor Adirahmanta, di Pontianak, Rabu (8/1/2025).
Baca Juga:
Kapolri Targetkan Berantas 290 Kampung Narkoba di Indonesia
Menurut Dr. Sadtata, penurunan konflik ini merupakan hasil dari upaya bersama antara pemerintah, lembaga konservasi, dan masyarakat lokal dalam melindungi habitat orangutan dan mengedukasi masyarakat tentang pentingnya konservasi.
"Kami telah melakukan berbagai program, termasuk patroli hutan, rehabilitasi habitat, dan sosialisasi kepada masyarakat. Hasilnya sangat positif," tambahnya.
Direktur Yayasan Palung, salah satu organisasi konservasi yang aktif di Kalimantan Barat, Dr. Erin Vogel, menyatakan bahwa penurunan konflik ini juga disebabkan oleh meningkatnya kesadaran masyarakat.
Baca Juga:
Polisi Tegaskan Pelajar Terlibat Tawuran Terancam Hukuman Pidana Hingga 15 Tahun
"Masyarakat lokal kini lebih memahami pentingnya menjaga keseimbangan ekosistem. Mereka aktif berpartisipasi dalam upaya konservasi dan melaporkan jika ada orangutan yang terlihat di luar habitat alaminya," jelas Dr. Vogel.
Meskipun demikian, kedua pihak menekankan bahwa upaya konservasi harus terus dilanjutkan dan ditingkatkan. "Kita tidak boleh lengah. Ancaman terhadap habitat orangutan masih ada, terutama dari perluasan lahan perkebunan dan penebangan liar," tegas Dr. Sadtata.
BKSDA Kalimantan Barat dan organisasi konservasi berencana untuk terus melakukan monitoring populasi orangutan, memperluas area konservasi, dan meningkatkan program edukasi masyarakat.