WahanaNews-Kalbar | Selama masa pandemi, konsumsi mie instan mengalami kenaikan. Mantan Ketua Umum Asosiasi Biskuit, Roti dan Mi Instan (Asrim) Sribugo Suratmo mengungkapkan bahwa geliatnya makin terasa lantaran kecenderungan masyarakat yang menghabiskan lebih banyak waktu untuk makan di rumah.
"Industri mie masih oke, jalan. Tidak hanya menggeliat, tapi sekarang karena konsumen itu mengurangi ke resto karena pandemi, mereka masak di rumah, konsumsi mie naik," katanya, Jumat (21/1/22).
Baca Juga:
Buntut Penarikan Indomie, YLKI Minta BPOM Revisi Regulasi Etilen Oksida
Di tengah situasi mengarah menuju normal di mana kegiatan perkantoran dan sekolah mulai kembali normal, Sribugo yakin permintaan terhadap mie instan tidak akan menurun. Apalagi dari sisi harga pun tergolong murah dan tidak mengalami kenaikan.
Di sisi lain, ia mengakui persoalan energi sempat menjadi isu yang hangat di kalangan industri mie instan, namun hal itu tidak berlangsung lama.
"Masalah bahan baku tersedia dan cukup, nggak ada problem. Terakhir problem batubara tapi industri tetap jalan. Ada yang pakai batubara tapi kebanyakan gas," sebut Sribugo.
Baca Juga:
Taiwan Sebut Picu Kanker, YLKI Minta BPOM Audit Produk Indomie
Memang, bagi banyak masyarakat Indonesia, mie instan sudah seperti comfort food yang selalu dicari. Kepraktisan dan harganya yang murah, ditambah dengan rasanya yang khas, tentunya menjadi pemicu banyak orang menyukai mi instan.
Baru-baru ini, New York Magazine (NY Magazine) merilis berbagai mi instan terenak dan terbaik di dunia. Menariknya, salah satu diantaranya datang dari Indonesia, yakni Indomie Goreng. [As]