Hasil penyelidikan yang dilakukan inspektur jenderal angkatan udara AS, Letnan Jenderal Sami Said, menemukan bahwa operator drone terlihat bingung dengan mobil Toyota Corolla putih di tempat kejadian dan mobil yang terkait dengan kelompok teroris. Operator drone juga gagal menemukan seorang anak yang terlihat dalam rekaman pengawasan dua menit sebelum penyerangan.
Meski begitu dikatakan tidak ditemukan bukti kesalahan.
Baca Juga:
Donald Trump Mulai Umumkan Nominasi Anggota Kabinet, Ini Daftarnya
“Penyelidikan tidak menemukan pelanggaran hukum, termasuk hukum perang. Kesalahan eksekusi dikombinasikan dengan bias konfirmasi dan gangguan komunikasi menyebabkan korban sipil yang disesalkan,” bunyi laporan itu.
“Itu adalah kesalahan yang disayangkan,” kata Said kepada wartawan di Pentagon.
"Tapi itu bukan tindakan kriminal, tindakan acak, kelalaian," tukasnya.
Baca Juga:
Prabowo Dukung Solusi Dua Negara untuk Selesaikan Konflik Palestina
Tiga hari sebelumnya sebuah bom bunuh diri di bandara Kabul telah menewaskan 13 tentara AS dan lebih dari 160 warga Afghanistan. Ketika kemudian mengakui kesalahannya dalam serangan pesawat tak berawak 29 Agustus, Komando Pusat AS mengatakan bahwa pria yang mengemudikan mobil itu tidak ada hubungannya dengan kelompok ISIS yang melakukan serangan bom bunuh diri di Bandara Kabul. [As]