WahanaNews-Kalbar | Menteri BUMN, Erick Thohir, mengakui sebanyak enam perusahaan berpelat merah nilai Initial Public Offering (IPO) atau hasil penawaran saham perdananya tidak maksimal.
Ia menuturkan dari total 28 BUMN yang go public, ada enam yang masuk tidak sesuai harapannya. Namun, Erick tak menjabarkan perusahaan apa saja yang dimaksudnya.
Baca Juga:
PLN Sumedang Dukung Pertumbuhan Ekonomi dengan Realisasi Tambah Daya di Sektor Industri Selama Lima Tahun Kepemimpinan Erick Thohir
"Ada 28 BUMN yang sudah go public tapi 6 tidak maksimal, kami juga tidak mau meng-IPO-kan BUMN yang tidak maksimal," jelasnya, pada Rapat Kerja dengan Komisi V DPR RI, Kamis (2/12).
Erick mencontohkan rencana IPO PT Adhi Commuter Properti, anak perusahaan PT Adhi Karya (Persero) Tbk, yang membuatnya khawatir.
Kendati demikian, Erick tak menjelaskan rinci apa hal yang membuatnya was-was IPO perusahaan sektor properti tersebut bakal tak maksimal.
Baca Juga:
Menteri BUMN Erick Thohir Ungkap Rencana Strategis untuk 20 Aset Bangunan Berharga
Menurut Erick, rencana IPO tersebut sudah direncanakan sejak 2018 silam dan saat ini sedang menunggu persetujuan dari Kementerian Keuangan dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Rencananya, IPO dilakukan pada bulan ini.
"Kami terus memantau karena ini kebijakan 2018 tapi terus terang saja kami cukup concern dengan IPO ini karena ini tidak seperti, mohon maaf, yang bapak-bapak kawal ke kami," beber Erick.
Lebih lanjut, ia memaparkan dalam tahun ini pihaknya secara total melepas dua perusahaan BUMN ke papan bursa dalam negeri, yakni PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk atau Mitratel, anak perusahaan PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. Kedua, PT Adhi Commuter Properti.
Sementara, tahun depan direncanakan ada dua BUMN lain yang go public, PT Pertamina Geothermal Energy dan PT ASDP Indonesia Ferry (Persero). [As]