WahanaNews-Kalbar | PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) mencatat pelanggan listrik non subsidi yakni dengan besaran daya listrik 1.300 volt ampera (VA) dan 2.200 VA menggunakan elpiji 3 kg.
Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi VII DPR RI, Rabu (14/9/2022), berdasarkan survei yang dilakukan, total pelanggan PLN yang menggunakan elpiji 3 kg adalah 69,5 juta pelanggan.
Baca Juga:
Urgensi Krisis Iklim, ALPERKLINAS Apresiasi Keseriusan Pemerintah Wujudkan Transisi Energi Bersih
“Berdasarkan sampling, pelangan non subsidi dengan daya listrik 1.300 VA dan 2.200 VA 75 persen pengguna elpiji 3 kg. Sementara jumlah pelanggan PLN yang menggunakan elpiji 3 kg adalah 69,5 juta pelanggan. Jumlah tersebut belum termasuk UMKM,” kata Darmawan.
Darmawan merinci, untuk pelanggan dengan daya listrik 450 VA non DTKS (Data Terpadu Kesejahteraan Sosial) atau keluarga miskin adalah sebanyak 9,59 juta pelanggan, dan untuk daya listrik 450 non DKTS sebanyak 14,75 juta pelanggan, yang mana keduanya 100 persen merupakan pengguna elpiji 3 kg.
Untuk golongan listrik dengan daya 900 VA DTKS, ada sebanyak 8,4 juta pelanggan PLN dan untuk daya 900 VA non DTKS sebanyak 24,4 juta pelanggan yang juga seluruhnya menggunakan elpiji 3 kg. Sementara untuk pelanggan dengan daya 1.300 VA terdapat 9,4 juta pelanggan pengguna elpiji dari total pelanggan listrik PLN sejumlah 12,6 juta.
Baca Juga:
Di COP29, PLN Perluas Kolaborasi Pendanaan Wujudkan Target 75 GW Pembangkit EBT 2030
Sementara itu, pelanggan listrik 2.200 VA sebanyak 2,8 juta dari 3,7 juta pelanggan PLN menggunakan elpiji 3 kg.
“Seluruh pelangan subsidi PLN adalah 100 persen penguna gas elpiji 3 kg, sebanyak 32,7 juta pelangan. Sementara untuk pelanggan 900 VA non DTKS 24,4 juta pelanggan adalah pengguna elpiji 3 kg,” lanjut dia.
Darmawan menambahkan, hasil survei menunjukkan bahwa pelanggan daya listrik 450 VA menggunakan 2-3 tabung gas elpiji 3 kg per bulan, sementara itu pelanggan 900 VA menggunakan 3-4 tabung elpiji 3 kg dalam sebulan.
Darmawan mengatakan, dalam upaya transisi ke kompor listrik, pihaknya sulit untuk membedakan mana pelanggan yang mampu dan tidak mampu. Hal ini karena penampilan rumah yang hampir sama.
“Kami melihat berdasarkan data konsumen kelistikan yang kami identifikasi, semuanya adalah penikmat elpiji 3 kg yang merupakan gas bersubsidi. Tapi, secara kasat mata mereka sulit dibedakan, karena penampilan rumahnya (sama),” lanjut dia. [ss]