WahanaNews-Kalbar | EVP Niaga dan Pemasaran PT PLN (Persero), Muhammad Munif Budiman menilai konsumsi konsumsi energi listrik Indonesia masih rendah dibandingkan negara-negara tetangga. Konsumsinya per kapita hanya mencapai sekitar 1.150 kWh, di bawah rata-rata konsumsi per kapita di negara lain di Asia Tenggara.
"Padahal harga listrik per kwh tergolong relatif lebih rendah dibanding negara lain di Asia Tenggara," ujarnya dalam diskusi publik secara virtual pada Jumat, (25/11/2022).
Baca Juga:
Urgensi Krisis Iklim, ALPERKLINAS Apresiasi Keseriusan Pemerintah Wujudkan Transisi Energi Bersih
Adapun harga rata-rata listrik Indonesia adalah US$ 0,101 per kWh. Harganya lebih rendah dari Vietnam yang mencapai U$ 0,107 per kWh, Thailand US$ 0,107 per kWh, Kamboja US$ 0,134 per kWh, Filipina US$ 165 per kWh, dan Singapura US$ 195 per kWh.
Namun menurutnya, pola konsumsi listrik masyarakat Indonesia telah mulai kembali bangkit dan tumbuh pasca pandemi. Ia mengatakan pemulihan ekonomi pasca pandemi COVID-19 mulai menunjukan tanda-tanda dengan kembalinya pola konsumsi listrik, hal ini menandakan aktivitas normal telah kembali dilakukan.
PLN mencatat konsumsi listrik bulan Oktober 2022, meningkat sebanyak 10 persen. Tahun ini, secara kumulatif sampai Oktober 2022 pun konsumsi listrik meningkat sebesar 13 persen dibandingkan rata-rata konsumsi bulanan dan kumulatif Oktober 5 tahun terakhir (2017-2021). Karena itu, memprediksi konsumsi tahun 2022 akan meningkat sebesar 5,44 persen.
Baca Juga:
Di COP29, PLN Perluas Kolaborasi Pendanaan Wujudkan Target 75 GW Pembangkit EBT 2030
Dengan demikian, menurut dia, potensi konsumsi nasional masih harus terus didorong dan ditingkatkan. Tetapi, Munif berujar pihaknya tidak akan hanya mendorong pemanfaatan listrik untuk kegiatan yang konsumtif, melainkan juga kegiatan lain yang kebih produktif. Di antaranya, program electrifying agriculture untuk mendukung pengembangan agro ekonomi unggulan daerah.
Program itu dibuat oleh PLN untuk mengembangkan ekonomi kerakyatan berbasis agrikultur. Program dengan memberikan kemudahan suplai listrik untuk fasilitas pertanian, perikanan, pertanian dan peternakan. Sampai dengan Oktober 2022, ia mencatat jumlah pelanggan electrifying agriculture sudah mencapai 191.783 pelanggan dengan total daya terpasang adalah 3.108,6 MVA dan konsumsi 4,26 TWh.
Selain itu, PLN juga memanfaatkan potensi dari gaya hidup hijau atau green lifedata-style untuk mendorong peningkatan konsumsi listrik. Strategi PLN yakni melalui program kompor induksi dan penggunaan peralatan listrik rumah tangga lainnya. Program itu juga dinilai dapat membantu mengurangi subsidi pemerintah untuk impor LPG.
Berdasarkan catatan PLN, sejak Juli 2021 sampai dengan Oktober 2022, jumlah pengguna program nyaman kompor induksi telah mencapai 239.105 pelanggan dengan total tambahan daya sebesar 626,6 MVA.
Munif menuturkan PLN juga akan terus membuka peluang untuk berkolaborasi dengan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) lain dalam upaya melakukan konversi BBM ke energi listrik demi mendorong konsumsi listrik di Indonesia. "PLN akan terus mendorong potensi konsumsi listrik melalui berbagai program tematik untuk meningkatkan kemudahan masyarakat dalam penambahan daya maupun sambungan listrik baru," ucapnya.[ss]