WahanaNews-Kalbar | Malang nian nasib suku asli Amerika Shoshone. Selama bertahun-tahun, militer Ameriksa Serikat kerap menjatuhkan bom nuklir percobaan di wilayah dekat pemukiman mereka. Tentu saja, hal ini berdampak buruk bagi mereka.
Dalam laporan yang dilansir Sabtu (8/1/2022), salah satu juru kampanye yang memperjuangkan keadilan untuk warga pribumi mengungkapkan bagaimana penderitaan warga setempat akibat bom yang dijatuhkan di sana.
Baca Juga:
Kapal AS dengan 154 Rudal Mendekat, Korut Tak Sabar Ingin Gunakan Bom Nuklir
“Mereka menduduki negara kami, mereka mencuri kesempatan kami dan kami diperkirakan akan mati karenanya. Kami masih berusaha bergulat dan memahami apa yang terjadi pada kami, dan menemukan cara untuk menghentikannya, memperbaikinya, dan mencegahnya terjadi di masa depan,” ungkap Ian Zabarte, warga suku asli Amerika Shoshone.
Suara Ian Zabarte marah tetapi tidak goyah ketika dia menggambarkan nasib buruk rakyatnya, penduduk asli Amerika yang selama beberapa dekade telah, dengan ukuran apa pun, mengalami kengerian yang paling tak terbayangkan.
Yang lebih tragis, semuanya dilakukan oleh pemerintah mereka di Washington.
Baca Juga:
Bom Nuklir AS Kedapatan Rusak di Belanda, Pentagon Klaim Senjata Palsu
Zabarte (57) adalah Orang Utama Band Barat dari Bangsa Shoshone dan dia mempelopori kampanye untuk mengekspos apa yang dia gambarkan sebagai "pembersihan etnis" dari sukunya.
Tanah Shoshone membentang dari Death Valley di Gurun Mojave di California timur hingga Yellowstone Park di Wyoming.
Namun pada 1951, AS memulai uji coba senjata nuklir di wilayah Shoshone Barat, Nevada Proving Grounds (sekarang dikenal sebagai Situs Keamanan Nasional Nevada).