“Kakek saya selalu berkata, 'jangan membuang debu' karena dampak radioaktif. Saya peduli dengan orang-orang ini karena perjanjian perdamaian dan persahabatan itu, dan memiliki kewajiban memberikan bantuan dan kenyamanan kepada orang Amerika lainnya yang lewat. Tapi saya melihat mereka menendang debu di kendaraan off-road mereka dan mereka sangat mungkin mengekspos diri mereka sendiri. Ada plutonium di banyak atap rumah mereka juga,” tutur dia.
Kunci bagi Zabarte adalah kesadaran. Semakin banyak orang mengetahui sejarah tanah dan memahami masalah ini, semakin besar peluang tindakan yang berarti.
Baca Juga:
Kapal AS dengan 154 Rudal Mendekat, Korut Tak Sabar Ingin Gunakan Bom Nuklir
Itu bisa melibatkan penyediaan pengawasan medis dan menasihati generasi berikutnya bagaimana melindungi diri mereka sendiri.
Zabarte juga ingin membangun momentum sehingga Shoshone, termasuk putranya sendiri, dapat memiliki akses ke semua tanah mereka dan menciptakan ekonomi yang berfungsi sesuai dengan tradisi mereka.
“Kita perlu terus membuat orang-orang kita sadar bahwa generasi berikutnya tidak memiliki tempat tinggal yang aman; kami memiliki reservasi kecil ini dan mereka adalah koloni yang dibuat Amerika Serikat. Mereka ada hanya sejauh Amerika Serikat menyediakan dana. Kami tidak punya cara untuk bertahan hidup di tanah kami sendiri,” ujar dia.
Baca Juga:
Bom Nuklir AS Kedapatan Rusak di Belanda, Pentagon Klaim Senjata Palsu
Dia adalah seorang pria dalam misi dan telah mengorbankan hidupnya untuk memikul beban ini. “Saya memiliki martabat dan keluarga saya memiliki martabat dan itulah yang saya perjuangkan. A**holes ini tidak akan lolos begitu saja,” pungkas dia. [As]