KALBAR.WAHANANEWS.CO, Pontianak - Badan Pusat Statistik (BPS) Kalimantan Barat mencatat bahwa kinerja ekspor provinsi tersebut pada Februari 2025 mengalami penurunan sebesar 13,72 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Nilai ekspor tercatat sebesar 167,89 juta dolar AS, turun dari 194,59 juta dolar AS pada Januari 2025.
"Meski menurun secara bulanan, kinerja ekspor periode Januari–Februari 2025 justru meningkat 20,83 persen dibanding periode yang sama pada tahun sebelumnya," kata Kepala BPS Kalbar Muh Saichudin di Pontianak, Rabu (9/4/2025).
Baca Juga:
Indonesia Siap Mitigasi Dampak Negatif Tarif Impor AS Terhadap Produk Buatan Indonesia
Hal tersebut menunjukkan bahwa secara tahunan, ekspor Kalbar masih menunjukkan tren positif meskipun ada fluktuasi bulanan.
Dia menjelaskan, golongan barang ekspor utama Kalbar pada Februari 2025 masih didominasi Bahan Kimia Anorganik (HS28) dengan kontribusi 63,33 persen, disusul Lemak dan Minyak Hewani/Nabati (HS15) 17,49 persen, dan Berbagai Produk Kimia (HS38) 5,41 persen. Ketiganya menyumbang 86,23 persen dari total nilai ekspor bulan tersebut.
Sementara itu, ekspor ke negara mitra utama menunjukkan dinamika yang bervariasi. India masih menjadi tujuan utama dengan nilai ekspor sebesar 46,61 juta dolar AS, disusul Australia (25,93 juta dolar AS) dan Belanda (24,74 juta dolar AS).
Baca Juga:
Soal Tom Lembong Tak Perkaya Diri dalam Impor Gula, Begini Penjelasan Kejagung
"Ekspor ke India turun 6,35 persen, ekspor ke Australia naik tipis 0,43 persen, dan ke Belanda justru melonjak 432,04 persen," tuturnya.
Dilihat dari kawasan, ekspor Kalbar masih didominasi ke negara-negara Asia dengan pangsa pasar 58,29 persen. Ekspor ke negara non-Asia seperti Australia, Belanda, dan Italia mencakup 33,05 persen, dan sisanya 8,66 persen ke negara lainnya.
Berbanding terbalik dengan tren ekspor, nilai impor Kalbar pada Februari 2025 justru mengalami kenaikan sebesar 11,75 persen menjadi 33,85 juta dolar AS dari 30,29 juta dolar AS pada Januari 2025. Namun, secara tahunan, nilai impor Januari–Februari 2025 turun 22,82 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.