KALBAR.WAHANANEWS.CO, Bengkayang - Pemerintah Kabupaten Bengkayang, Kalimantan Barat, terus memperkuat upaya percepatan penurunan stunting melalui sinergi lintas sektor di daerah tersebut.
Wakil Bupati Bengkayang. H. Syamsul Rizal, selaku Ketua Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) kabupaten menegaskan, stunting bukan sekadar permasalahan tinggi badan anak, tetapi gangguan pertumbuhan dan perkembangan yang berdampak jangka panjang terhadap kualitas sumber daya manusia.
Baca Juga:
Pemkab Bengkayang Targetkan Pendapatan Pajak Kendaraan Bermotor 2025 Sebesar Rp17,2 Miliar
“Stunting adalah tantangan serius yang mempengaruhi masa depan generasi penerus bangsa. Oleh karena itu, penurunan stunting menjadi prioritas utama dalam pembangunan daerah,” ujarnya di Bengkayang, Rabu (13/8/2025).
Berdasarkan data, angka stunting di Kabupaten Bengkayang turun dari 32,7 persen pada 2023 menjadi 23,4 persen pada 2024, atau mengalami penurunan sebesar 9,3 persen. Capaian ini, kata dia, merupakan hasil kerja bersama seluruh pemangku kepentingan, termasuk dukungan Wahana Visi Indonesia dan dunia usaha.
Wabup mengajak seluruh pihak memperkuat komitmen melalui empat langkah strategis, yaitu menguatkan sinergi lintas sektor agar program berjalan terintegrasi. Melaksanakan intervensi spesifik dan sensitif secara sistematis dan berkelanjutan. Dan mengawal pelaksanaan program di lapangan, khususnya pada 1.000 hari pertama kehidupan anak.
Baca Juga:
Pemkab Bengkayang Sesuaikan Program, Kurangi Seremonial dan Biaya Perjalanan Dinas 50 Persen
"Selanjutnya juga memanfaatkan aplikasi Bangda sebagai sarana monitoring dan evaluasi digital agar intervensi tepat sasaran," ujarnya.
Dia berharap rapat koordinasi ini menghasilkan langkah nyata untuk mempercepat penurunan stunting di Bengkayang dan menghasilkan langkah konkret demi terwujudnya Bengkayang bebas stunting dan masa depan generasi yang lebih gemilang.
"Mari kita bekerja bersama demi masa depan anak-anak dan kemajuan daerah. Saya juga mengajak seluruh pemangku kepentingan untuk memperkuat sinergi, melakukan intervensi tepat sasaran, memanfaatkan aplikasi monitoring digital, serta memastikan pelayanan bagi keluarga berisiko stunting benar-benar tepat dan berkelanjutan," ujarnya.