Kalbar. WahanaNews.co - Gubernur Kalimantan Barat, H. Sutramidji, SH., MHum. mengapresiasi upaya kolaborasi antara PLN UID Kalimantan Barat dengan Universitas Tanjungpura (Untan) dalam pemanfaatan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) berkapasitas 1,5 MWp.
Acara peresmian PLTS terbesar di Indonesia yang dibangun di lingkungan kampus ini dilaksanakan di Gedung Laboratorium Terpadu Untan pada hari Rabu, tanggal 30 Agustus 2023.
Baca Juga:
Kalbar Ajak Masyarakat Tanam Pohon Bernilai Ekonomis
Menurut Gubernur Sutarmidji, pembangunan PLTS Untan ini sejalan dengan kebijakan Pemerintah Provinsi Kalbar dalam meningkatkan bauran energi baru terbarukan (EBT) sebagai mana yang telah diatur dalam Kebijakan Energi Nasional (KEN).
"Target bauran EBT Kalimantan Barat pada tahun 2025 sebesar 32,2 persen, sementara capaian bauran EBT pada tahun 2022 mencapai 28,49 persen.
Tentunya masih diperlukan upaya-upaya yang lebih serius untuk mencapai target bauran EBT dalam penyediaan energi primer di Kalbar," ungkap Gubernur Sutarmidji.
Baca Juga:
Pemprov Harapkan HAPPI Mengoptimalkan Potensi Kawasan Pesisir Kalbar
Lebih lanjut Ia berharap, PLTS Untan ini dapat dioptimalkan pemanfaatannya sehingga diperlukan harmonisasi dalam kerjasama antara pihak Untan dan PLN khususnya dalam pengoperasian PLTS.
Rektor Universitas Tanjung Pura, Garuda Wiko, mengatakan bahwa keberadaan PLTS ini merupakan sebuah wujud komitmen dan langkah nyata Untan bersama mitra-mitra strategis BUMN.
Untuk memastikan implementasi peta jalan transisi menuju Energi Baru Terbarukan, yang menjadi kebijakan strategis pemerintah saat ini.
"Pada hari ini kita melakukan penandatanganan MoU dengan PLN UID Kalbar terkait sinkronisasi PLTS dan jaringan listrik PLN untuk beban listrik di lingkungan kampus Universitas Tanjung Pura," jelas Garuda Wiko.
Ia berujar, urgensi dari pemanfaatan EBT untuk pembangkitan energi listrik sangat tinggi, mengingat ketergantungan energi listrik terhadap ketersediaan migas maupun batubara sangat berisiko untuk ketahanan energi nasional.
Dan tentunya berpotensi meningkatkan polusi terhadap lingkungan. Ketidakstabilan atau kenaikan harga migas dan batubara juga akan sangat berdampak bagi ketersediaan energi.
"Upaya akselerasi transisi energi ke EBT menjadi penting untuk dilakukan, sebagai upaya mitigasi dan sekaligus sebagai langkah nyata menuju Optimasi Green Energy," tutur Garuda Wiko.
Diakuinya, selain untuk memenuhi kebutuhan energi listrik di lingkungan kampus Universitas Tanjung Pura, keberadaan PLTS ini sekaligus dapat menjadi pusat riset dan inovasi teknologi energi listrik berbasis EBT untuk Kalimantan.
Sementara itu, Direktur Distribusi PT PLN (Persero), Adi Priyanto, menegaskan bahwa PLN meletakkan Sustainability dan Environmntal, Social, Governance (ESG) sebagai kerangka dasar dalam menjalankan proses bisnis.
PLN berkomitmen untuk menjadi perusahaan yang bersih dan berkelanjutan, dengan meluncurkan aspirasi Net Zero Emission pada tahun 2060.
"Terkait bauran EBT, saat ini realisasinya masih sebesar 13,2 persen, dan kami menargetkan peningkatan bauran EBT menjadi 23 persen pada tahun 2025 mendatang," tutur Adi Priyanto.
Adi Priyanto juga mengatakan bahwa didalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PLN Tahun 2021-2030, pembangkit EBT akan mendominasi penambahan kapasitas pembangkit sebesar 20,9 GW.
Atau sekitar 52,6 persen dari total pembangunan pembangkit baru.
"Kami sangat mendukung dan mengapresiasi adanya PLTS Untan ini melalui penandatanganan MoU pemanfaatan PLTS Untan.
Yang akan dimanfaatkan untuk kepentingan riset dan pengembangan EBT, khususnya Pembangkit Listrik Tenaga Surya di Kalimantan Barat," imbuh Adi Priyanto.
Ia menegaskan, keberadaan PLTS Untan akan dapat memberikan dampak positif terhadap lingkungan, efisiensi bagi Universitas Tanjung Pura maupun PLN dan perbaikan layanan kelistrikan kepada masyarakat.[ss]