Kalbar.WahanaNews.co, Pontianak - Penenun Songket di Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat (Kalbar) ikut memanfaatkan Kredit Usaha Rakyat (KUR) dari bank pembangunan daerah, Bank Kalbar Syariah dalam mengembangkan usaha wastara.
"Saya bisa berkembang seperti sekarang karena adanya pinjaman modal usaha melalui KUR Bank Kalbar Syariah," ujar Pemilik Usaha Tenun Sambas Dinta, Masnita saat dihubungi di Sambas, Rabu.
Baca Juga:
Pemerintah Kalsel dan BLU PIP Tandatangani Kerja Sama Pembiayaan Ultra Mikro
Masnita mengaku semula hanya memproduksi sekitar 20 kain tenun saja, namun setelah mendapatkan menggunakan KUR dari Bank Kalbar Syariah, produksinya melesat dua kali lipat.
"Masalah pelaku usaha seperti saya adalah di permodalan. Saya tidak mampu memenuhi permintaan pasar yang banyak karena tidak memiliki modal produksi. Untuk itu saya memberanikan diri melakukan pinjaman modal di Bank Kalbar Syariah. Alhamdulillah, ternyata persyaratan dan angsurannya murah. Sekarang produksi kain songket saya bisa semakin berkembang," kata Masnita.
Ia menjelaskan kain tenun songket khas Kabupaten Sambas sudah sangat dikenal hingga ke luar negeri. Kerajinan tradisional yang mengangkat budaya daerah ini sudah dilakukan secara turun temurun di Desa Sumber Harapan Kecamatan Sambas, Kabupaten Sambas. Mereka menenun kain, menenun usaha sekaligus melestarikan budaya.
Baca Juga:
Kominfosp Tanah Bumbu Perkuat Fungsi KIM Kusan Hilir dengan Sosialisasi Pemberdayaan
Usaha Tenun Sambas Dinta dilakoni Masnita secara turun temurun, dari nenek hingga orangtua. Namun di tangan Masnita, usaha ini semakin berkembang. Produksinya tak hanya kain tenun songket khas Sambas saja, tapi ada juga aksesoris lain seperti kopiah, tanjak, tas, baju, dekorasi dinding dan aksesoris lain, berciri khas lantaran berbalut kain tenun.
Usaha Tenun Sambas Dinta berlokasi di Jalan Semberang Dusun Semberang 1, Desa Sumber Harapan Kecamatan Sambas, Kabupaten Sambas. Selain dipasarkan secara lisan, Masnita juga sudah memasuki dunia digital. Semua produknya juga dijual melalui sosial media dan marketplace.
"Konsumennya berdatangan dari lokal dan nasional, juga dari berbagai negara, di antaranya Malaysia dan Brunei Darussalam," ucap dia.
Tenun pucuk rebung, merupakan salah satu produksi Dinta yang paling laris. Ini merupakan motif wastra khas Melayu Sambas yang memiliki makna filosofis sebagai pengingat untuk terus maju dan bersemangat, seperti halnya pucuk rebung yang terus bertumbuh. Ada lagi kain songket benang emas, karena berwarna keemasan dan melambangkan kesuksesan serta nilai yang tinggi.
"Warna keemasan dari kain songket, menunjukkan kekayaan suatu daerah dan motif pucuk rebung menjadi nilai keunikan dari suatu kain, yang bermakna terus berinovasi," jelas Masnita.
Ia berharap kerajinan tradisional yang mengangkat budaya daerah ini, bisa terus dijaga dan dilestarikan. Untuk itu para perajin butuh kemitraan, terutama dukungan dari perbankan.
"Karena ini bisnis yang dilanjutkan secara turun temurun, kami para perajin di daerah memiliki kendala di permodalan. Kami hanya bisa berhasil jika mendapatkan dukungan modal. Saya sendiri merasa bersyukur memperoleh kucuran pembiayaan dari Bank Kalbar Syariah. Saya berharap, pelaku usaha kecil memanfaatkan Bank Kalbar dalam pengembangan usahanya, sebab persyaratan dan angsurannya murah," kata dia.
[Redaktur: Patria Simorangkir]