WahanaNews-Kalbar |Minyak biji kapuk produksi warga Kabupaten Sragen bisa saja jadi alternatif, di tengah kelangkaan hingga mahalnya minyak goreng di pasaran. Pria kreatif yang membuat minyak dari biji kapuk randu atau sering disebut klentheng ini bernama Sukarno (49), warga Dukuh Bunder RT 15 RW 03 Desa Kedung Waduk, Kecamatan Karangmalang.
Dia mampu menyulap biji kapuk jadi minyak goreng curah di tengah kenaikan harga minyak. Dulu minyak yang dirintis sejak delapan tahun ini tidak dilirik masyarakat, namun di saat kondisi sulit seperti ini, Sukarno mengaku banjir pesanan.
Baca Juga:
RSUI-Sania Royale Rice Band, Seminar Atasi Stroke dengan Gamma Oryzanol: Metode Memasak Minyak Goreng Sehat
Pengolahan biji kapuk yang sering dibuang di tempat sampah dan menjadi limbah, termasuk sederhana dan mudah dilakukan.
"Dulu biji klentheng kan ini termasuk limbah, jadi dulu kan yang diambil cuma kapuknya saja," kata Sukarno saat ditemui ditemui di rumahnya, Selasa (22/3).
Sukarno terus berpikir, kenapa biji kapuk tidak dimanfaatkan. Padahal jumlahnya cukup melimpah. Ia kemudian melihat-lihat di media sosial dan menemukan informasi ada warga yang membuat minyak. Ia pun kemudian mencari peralatan untuk memproduksi biji kapuk yang ada di sekitar rumah.
Baca Juga:
P3PI Dorong Peningkatan Standar Higienis di Pabrik Kelapa Sawit menuju Kelayakan Food Grade
"Saya lihat-lihat mesinnya di media sosial. Terus saya beli mesin gilingnya di Muara Baru Jakarta. Terus saya proses ini," terangnya.
Setelah berhasil memproduksi minyak goreng, Sukarno mengaku tidak tahu ke mana dan kepada siapa harus menjualnya. Dia hanya bisa memproses produksinya saja. Ia pun kemudian menawarkan hasil kreasinya ke sejumlah orang, termasuk salah satunya di pabrik pakan ternak.
"Dulu awal-awal saya belum tahu jualnya di mana, jadi cuma asal proses aja. Terus teman ada yang ngasih tahu, kemudian saya tawarkan di pabrik-pabrik," jelasnya.
Berkat ketekunan dan kesabarannya, kini di saat harga minyak yang mahal, ia pun menerima berkahnya. Minyak curah dari biji klenteng buatan Sukarno mengalami peningkatan pemesanan.
Bahkan Sukarno harus kewalahan dengan banyaknya pesanan yang masuk.
Kendati banyak pesanan masuk, tidak lantas membuatnya panen rezeki. Pasalnya ia kesulitan mencari bahan baku dan peralatan yang juga cukup mahal.
"Sebenarnya banyak permintaan, tapi kan mesinnya cuma terbatas dua saja. Biji kapuknya juga setahun cuma berbuah satu kali. Jadinya agak susah cari bahan bakunya," keluh Sukarno.
Dalam proses produksi, Sukarno mengkaryakan delapan karyawan. Dia kini melayani permintaan minyak curah dari para pengepul dari berbagai wilayah di luar daerahnya. Mulai dari Magelang, Semarang, Solo hingga Jakarta.
"Kalau permintaan dari Jakarta, sehari bisa mencapai lima ton," tuturnya.
Menurut Sukarno, minyak goreng curah buatannya bisa langsung digunakan. Namun harus melalui proses penyulingan terlebih dahulu. Untuk menjadi minyak goreng premium, Sukarno biasanya bekerja sama dengan pihak kedua.
"Saya khusus melayani permintaan minyak curah saja. Jadi enggak usah diproses, yang ambil pengepul semua. Kalau ada yang mau kerja sama bikin minyak goreng, saya cuma suplai minyak curah saja bisa," sambung dia.
Sukarno menambahkan, dalam sehari, pabrik kecilnya bisa memproduksi sekitar 200 kilogram minyak goreng curah. [Ss/qnt]