Beragam nilai tambah dari pengolahan kopi itu memompa gairah petani untuk merawat kebun dan lingkungan sekitarnya.
Bahkan, tiga bulan lalu, mereka juga menanam kopi arabika di lahan seluas 4,2 hektar milik Indonesia Power.
Baca Juga:
Gelar Naker Expo, Kemnaker Sediakan Puluhan Ribu Lowongan Pekerjaan di Tiga Kota
“Semakin banyak lahan yang ditanami pohon tentu akan lebih baik. Saat ini fokus kami pada pengolahan kopi, sehingga pohon yang ditanam pun kopi, karena sudah dimengerti petani,” ucapnya.
Iman Kurnia (36), petani lainnya, juga sempat nyaris frustrasi menjadi petani kopi.
Empat tahun lalu, buah cerik opi hasil panen kebunnya hanya dihargai Rp 4.000 per kg.
Baca Juga:
Sudinkes Jakarta Barat Ingatkan Rumah Sakit Terus Terapkan Pelayanan Berbasis Hospitality
Beralih menjadi petani sayur sempat terbersit di pikirannya.
Akan tetapi, niat itu pupus setelah ia bergabung dengan Kelompok Tani Gunung Kamojang.
Menurut dia, kemitraan pemberdayaan dengan Indonesia Power mendorong petani untuk giat menanam pohon yang bernilai ekonomi.