Darmawan mengatakan, dalam upaya transisi ke kompor listrik, pihaknya sulit untuk membedakan mana pelanggan yang mampu dan tidak mampu. Hal ini karena penampilan rumah yang hampir sama.
“Kami melihat berdasarkan data konsumen kelistikan yang kami identifikasi, semuanya adalah penikmat elpiji 3 kg yang merupakan gas bersubsidi. Tapi, secara kasat mata mereka sulit dibedakan, karena penampilan rumahnya (sama),” lanjut dia. [ss]