Adapun pembangunan pabrik pemurnian dan pengolahan konsentrat tembaga itu ditarget rampung mencapai 50 persen dengan realisasi investasi sebesar US$1,6 miliar atau setara dengan Rp23,31 triliun pada tahun ini.
Baca Juga:
PLN dan Pemkot Operasikan SPKLU Khusus Angkot Berbasis Listrik di Kota Bogor
Presiden Direktur PT Freeport Indonesia Tony Wenas mengatakan proyeksi itu ditopang oleh momentum peralihan rantai pasok dunia pada industri yang berbasis energi baru dan terbarukan atau EBT yang belakangan mengerek naik harga komoditas tembaga itu hingga pertengahan tahun ini. Tony memperkirakan harga komoditas itu bakal tetap tertahan tinggi seiring dengan terciptanya keseimbangan baru pada pasokan industri berbasis EBT ke depan.
“Harga tembaga saat ini sangat tinggi bukan karena supercycle sebenarnya tetapi karena memang permintaannya besar sekali untuk kendaraan listrik dan EBT, sekarang harga tembaga US$4,5 per pound sebelum pandemi US$3,25 per pound begitu pandemi US$2,75 per pound sekarang US$4,5 per pound, nikel juga naik diikuti emas dan timah,” kata Tony saat ditemui Bisnis di Jakarta, Selasa (31/6/2022).
Dengan harga tembaga yang tertahan tinggi itu, Tony menuturkan, smelter bikinan PTFI dengan kapasitas input 1,7 juta ton konsentrat atau 480.000 ton logam tembaga setiap tahunnya bakal dapat melunasi keseluruhan surat utang berjangka atau global bond yang sempat diterbitkan terkait dengan pembiayaan akuisisi saham PTFI dan pembangunan smelter tersebut pada 2025.[ss]
Baca Juga:
PLN Operasikan SPKLU Khusus Angkot Listrik di Kota Bogor