Sutarmidji mengatakan harga komoditas, seperti cabe cenderung turun, sedangkan komoditas yang menjadi penyumbang inflasi terbesar di Kalbar dan sulit dikendalikan adalah telur dan daging ayam ras.
"Telur itu sekarang kenaikannya sudah di harga Rp32 ribu, sedangkan bulan lalu masih Rp30 ribu. Kemudian selain telur, yaitu daging ayam ras, biasanya permintaan menjelang lebaran pasti meningkat dua kali lipat," katanya.
Baca Juga:
Kalbar Ajak Masyarakat Tanam Pohon Bernilai Ekonomis
Pemprov Kalbar sudah menyediakan bantuan beras untuk sekitar 371 ribu KK dan diusahakan dalam bulan ini penerima sudah mendapatkan bantuan sebelum Lebaran.
Di tempat yang sama, Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Kalbar N.A. Anggini Sari mengatakan masing-masing kabupaten dan kota memiliki lima jumlah produksi komoditas unggulan yang akan dicatat sebagai potensi inflasi serta menjadi potensi kerjasama antardaerah, seperti unggas yang banyak diproduksi oleh Singkawang, Kubu Raya, Mempawah, Sambas, dan Sintang.
"Untuk mencegah inflasi, kami merekomendasikan untuk yang jangka pendek sudah dilakukan kegiatan operasi pasar dan Gugus Penjaminan Mutu (GPM) baik oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) beberapa kabupaten dan kota. Namun, untuk jangka panjang kami juga mengusulkan untuk adanya inovasi dalam pengolahan padi cegah potensi terjadinya inflasi," kata dia.[ss]