Kalbar. WahanaNews.co - Subholding PT PLN (Persero), PT PLN Indonesia Power (PLN IP) melakukan studi pengembangkan nuclear small modular reactor atau reaktor modular kecil di Kabupaten Bengkayang, Kalimantan Barat di tahun 2030. Langkah ini sebagai upaya mempercepat transisi energi di Indonesia.
Dalam studi ini, PLN IP bersinergi dengan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), PT PLN (Persero), USTDA serta NuScale Power.
Baca Juga:
Gebrakan 100 Hari, Presiden Prabowo Resmikan 37 Proyek Ketenagalistrikan Nasional
Nuclear small modular reactor menawarkan operasi pembangkit sebagai pemikul beban dasar dan sekaligus memiliki fleksibilitas yang tinggi untuk bersinergi dengan penetrasi pembangkit intermittensi solar PV yang direncanakan semakin massif di masa yang akan datang.
Direktur Pengembangan Bisnis dan Niaga PLN Indonesia Power, Bernadus Sudarmanta mengatakan untuk mencapai Net Zero Emission pada tahun 2060 dibutuhkan persiapan yang matang serta kerja sama dengan berbagai pihak agar transisi energi berjalan dengan baik.
"PLN IP telah memiliki Roadmap Transisi Energi hingga 2060 untuk Net Zero Emmission dengan mengembangkan energi hijau untuk bumi yang lebih baik, kita hadir di sini untuk mempersiapkan secara matang dan aman sehingga sesuai dengan peraturan dan perizinannya, tantangan tidak mudah sehingga dibutuhkan kerjasama berbagai pihak agar transisi ini berjalan baik serta memberikan manfaat yang besar bagi masyarakat," ujar Bernadus Sudarmanta dalam keterangannya, Minggu (20/8/2023).
Baca Juga:
Sambut Libur Tahun Baru Imlek, PLN Cikarang Ajak Pelanggan Manfaatkan Fitur SwaCam PLN Mobile
Sebelumnya, Executive Vice President of Energy Transition and Sustainability PLN, Kamia Handayani mengatakan, pihaknya tidak akan tertutup dalam pengembangan energi nuklir.
"Bahkan bioenergi seperti nuklir yang belum ada, kita tidak boleh tertutup, tetap kita buka opsi-opsi untuk menggunakan teknologi-teknologi baru," katanya dalam acara Green Economic Forum di Jakarta, Senin (22/5) lalu.
Saat itu, dia mengatakan, untuk mencapai net zero emission (NZE), pihaknya menerapkan campuran bahan bakar (co-firing) biomassa dengan persentase sekitar 10%. Ke depan, dia berharap bisa menggunakan campuran lain.
"Untuk saat ini pada short term kita lakukan misalnya co-firing dengan biomassa dengan percentage 10% tapi kalau untuk mencapai net zero di 2060 co-firing ini bisa dilakukan bukan hanya biomassa tapi bisa dilakukan dengan amonia misalnya," terangnya.[ss]