"Berdasarkan evaluasi bersama, didapatkan hasil pemantauan teknis yang menunjukkan parameter operasi masih dalam batasan normal, beban 7 MW dapat dijaga dengan stabil, dan tidak terjadi load derating hingga maksimum 100 persen biomassa," katanya.
Sebaliknya, data menunjukkan potensi perbaikan fuel flow dan NPHR cukup signifikan presentasenya karena cangkang sawit memiliki nilai kalori yang tinggi.
Baca Juga:
ALPERKLINAS Apresiasi Pemerintah Beri PLN Kewenangam Kelola Ekspor-Impor Listrik Demi Tingkatkan Efisiensi dan Keamanan Energi
Dari aspek lingkungan, kata dia, cangkang kelapa sawit memiliki kadar sulfur yang lebih rendah dari batu bara sehingga emisi yg dihasilkan menunjukkan penurunan.
Adapun cangkang yang digunakan berasal dari limbah perkebunan, rendah abu dan termasuk sebagai karbon netral, sehingga akan berimbas kepada lingkungan yang lebih baik.
"Keberhasilan ini menjadi buah dari serangkaian studi yang dilakukan PJB terkait co-firing sejak 2019," katanya.
Baca Juga:
Ada Permintaan Biaya Pemindahan Tiang Listrik, ALPERKLINAS Imbau Konsumen Tanya Langsung Ke PLN
Sebelumnya, program co-firing PLTU Batubara dengan biomassa merupakan salah satu dari program PLN untuk mendukung target bauran energi baru terbarukan (EBT) nasional.[ss]