KALBAR.WAHANANEWS.CO, Pontianak - Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Barat menggelar Forum Group Discussion (FGD) tentang orangutan Kalbar, melibatkan berbagai pihak untuk memperkuat strategi konservasi di daerah tersebut.
"Melalui kegiatan ini, sebagai bentuk komitmen kami dalam pelestarian orang utan Kalimantan Barat melalui sinergi multipihak dan pemutakhiran data konservasi," kata Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Barat, RM. Wiwied Widodo di Pontianak, Rabu (16/4/2025).
Baca Juga:
BPS Kalbar Catat Penurunan Ekspor Februari 2025 Sebesar 13,72 Persen
Dia mengatakan, pada kegiatan tersebut, pihaknya melibatkan berbagai pihak untuk berkolaborasi memperkuat strategi konservasi yang berbasis data dan pendekatan multipihak.
Wiwied Widodo menyatakan bahwa Kalbar memiliki peran strategis dalam pelestarian orang utan karena wilayah ini merupakan habitat dari subspesies Pongo Pygmaeus Wurmbii yang tersebar di 13 metapopulasi, dengan populasi mencapai 18.490 individu, menurut data PHVA 2016.
Untuk memperkuat strategi konservasi yang berkelanjutan, BKSDA Kalbar saat ini tengah menyusun dokumen verifikasi dan validasi data orang utan. Proses ini melibatkan pembaruan informasi terkait populasi, distribusi, dan kondisi habitat orang utan di Kalbar, yang akan menjadi landasan penyusunan rencana aksi konservasi jangka panjang.
Baca Juga:
Pemprov Kalbar Prioritaskan Peningkatan IPM dalam RPJMD Tahun 2025–2029 Mendatang
Dalam waktu dekat, BKSDA Kalbar akan menyelenggarakan FGD Regional bersama penggiat konservasi orang utan. Pertemuan ini akan menjadi momentum untuk menyampaikan hasil survei lapangan selama 2022–2025 yang dilakukan oleh berbagai mitra konservasi.
"Tidak hanya itu, forum ini juga akan merumuskan rekomendasi kebijakan, strategi aksi, serta memperkuat sinergi antara pemerintah, LSM, akademisi, dan komunitas lokal," tuturnya..
Di tempat yang sama, Direktur Jenderal KSDAE, Prof. Dr. Satyawan Pudyatmoko, menekankan bahwa Indonesia merupakan rumah bagi tiga spesies orangutan: Pongo pygmaeus, Pongo abelii, dan Pongo tapanuliensis. Namun, ketiganya kini berstatus Critically Endangered (CR) berdasarkan IUCN Red List.