"Pada hari ini kita melakukan penandatanganan MoU dengan PLN UID Kalbar terkait sinkronisasi PLTS dan jaringan listrik PLN untuk beban listrik di lingkungan kampus Universitas Tanjung Pura," jelas Garuda Wiko.
Ia berujar, urgensi dari pemanfaatan EBT untuk pembangkitan energi listrik sangat tinggi, mengingat ketergantungan energi listrik terhadap ketersediaan migas maupun batubara sangat berisiko untuk ketahanan energi nasional.
Baca Juga:
Kalbar Ajak Masyarakat Tanam Pohon Bernilai Ekonomis
Dan tentunya berpotensi meningkatkan polusi terhadap lingkungan. Ketidakstabilan atau kenaikan harga migas dan batubara juga akan sangat berdampak bagi ketersediaan energi.
"Upaya akselerasi transisi energi ke EBT menjadi penting untuk dilakukan, sebagai upaya mitigasi dan sekaligus sebagai langkah nyata menuju Optimasi Green Energy," tutur Garuda Wiko.
Diakuinya, selain untuk memenuhi kebutuhan energi listrik di lingkungan kampus Universitas Tanjung Pura, keberadaan PLTS ini sekaligus dapat menjadi pusat riset dan inovasi teknologi energi listrik berbasis EBT untuk Kalimantan.
Baca Juga:
Pemprov Harapkan HAPPI Mengoptimalkan Potensi Kawasan Pesisir Kalbar
Sementara itu, Direktur Distribusi PT PLN (Persero), Adi Priyanto, menegaskan bahwa PLN meletakkan Sustainability dan Environmntal, Social, Governance (ESG) sebagai kerangka dasar dalam menjalankan proses bisnis.
PLN berkomitmen untuk menjadi perusahaan yang bersih dan berkelanjutan, dengan meluncurkan aspirasi Net Zero Emission pada tahun 2060.
"Terkait bauran EBT, saat ini realisasinya masih sebesar 13,2 persen, dan kami menargetkan peningkatan bauran EBT menjadi 23 persen pada tahun 2025 mendatang," tutur Adi Priyanto.