"Ini sangat berisiko melahirkan anak stunting. Tidak hanya pasangan usia dini yang berisiko lahirkan anak stunting, keluarga dengan masalah sanitasi yang buruk, air bersih yang kurang memadai dan keluarga dengan peringkat kesejahteraan 1-4/berpenghasilan rendah, itu juga sangat berisiko melahirkan anak stunting,” katanya.
Kemudian untuk menurunkan stunting dinas juga fokus pada 11 program intervensi spesifik yang menyasar pada remaja putri dan ibu hamil saat sebelum dan setelah melahirkan.
Baca Juga:
KPPAD Kalbar Kawal Kasus Asusila Anak yang Melibatkan Anggota DPRD Singkawang
11 program tersebut antara lain, konsumsi tablet tambah darah dan skrining anemia untuk remaja putri, pemeriksaan kehamilan dan konsumsi tablet tambah darah serta pemberian makanan tambahan bagi ibu hamil, pemantauan tumbuh kembang, pemberian ASI eksklusif dan makanan tambahan protein hewani bagi balita, tatalaksana balita dengan masalah gizi, cakupannya mencakup imunisasi serta edukasi rutin remaja putri, ibu hamil dan keluarga balita.
Sementara itu, secara terpisah, Penjabat Wali Kota Singkawang Sumastro menuturkan, dalam upaya percepatan penurunan prevalensi stunting memerlukan komitmen yang kuat dan kolaborasi berbagai pihak untuk memastikan konvergensi antar-program hingga ke tingkat kelurahan.
“Upaya-upaya kita harusnya juga menjadi bagian dari tanggung jawab bersama, terutama bagi keluarga yang berpotensi mengalami stunting,” katanya.
Baca Juga:
Warga Singkawang Desak Bawaslu Tindak Lanjuti Dugaan Politik Uang di Pemilu
Sumastro menegaskan agar di tingkat kelurahan dan kecamatan dapat selalu gencar mulai dari memberikan edukasi kepada calon pengantin sejak memutuskan untuk memiliki anak, hingga membina masyarakat untuk lebih peduli dan menjaga gizi makan balitanya.
“Mengedukasi masyarakat dalam memanfaatkan pekarangan untuk menghasilkan pangan bergizi tanpa harus membeli. Karena banyak orang tua yang takaran gizi anaknya tidak jelas, dan sering memberi makanan ringan pada anaknya," katanya.
[Redaktur: Patria Simorangkir]